Asal usul desa Cikedung Legenda CIkedung 3
Sementara disisi lain, prajurit Pakungwati yang tersisa dipimpin Ki Ageng Agrantaka mengejar sisa pasukan Ki Dusta yang dipimpin Ki Koang dan Ki Brangbang yang lari ke wilayah barat.
Kisah pengejaran ini mempunyai cerita khusus karena banyak tempat yang diberi nama berdasarkan peristiwa pengejaran ini, ketika pasukan ini saling melemparkan batubata ketika ketemu, kelak tempat itu disebut Lungbata, ketika saling dorong disebuah kali kecil maka tempat itu dinamai Kalenjoggol, ketika bersembunyi di ladangnya Ki Menol dan saling melihat dari jauh (bahasa jawa Indramayu : sérang) maka tempat ini kelak dinamai Sérang, ketika melewati suatu jalan dan alat perang jatuh dan lunturnya kesaktian para prajurit maka lokasi ini kelak disebut Kecepot dan sebagainya. Pengejaran ini membuat sisa pasukan Pakungwati kelelahan dan kehausan.
Mereka harus mencari air untuk minum, berwudlu dan mencuci peralatan perang mereka dan juga sebuah tempat untuk mereka istirahat. Mereka harus mencari air tetapi air yang mereka cari tidak ditemukan akhirnya Ki Ageng Agrantaka memutuskan mencari sumber air bersih dahulu dan merintis jalan kembali ke Cirebon jika perang telah usai. Tanpa menunggu lama mereka pergi ke arah utara yang dinilai lebih aman. Beberapa lama kemudian mereka sampailah disuatu tegalan luas dan tiba-tiba tegalan ini berubah menjadi laut dan menghalangi langkah mereka. Mereka bertahan dibawah pohon Dadap dan tertolong dengan sedikit air dibawahnya. Mereka juga menaiki pohon ini untuk melihat keadaan karena mereka tahu ini adalah tipu daya musuh yang terus membayangi mereka, dan setelah laut jelmaan itu lenyap mereka melanjutkan pencarianya apalagi setelah air dibawah pohon Dadap ini tidak cukup untuk seluruh pasukan. Tempat pohon ini kelak dinamai dusun Cidadap (Desa Cikedung).
Ki Ageng Agrantaka akhirnya menemukan sebuah sumber air berupa kedung (bahasa Indonesia : sumur air ditengah sungai kering), airnya sangat jernih dan tidak berasa anta ataupun asin, begitupun jalan yang mereka rintis menemui arah yang tepat untuk kepulangan mereka ke Cirebon setelah perang berhenti. Disekitar sumber air yang berbentuk kedung ini kelak akan menjadi cikal bakal pemukiman desa Cikedung yang pertama. Nama Cikedung berasal dari kata Cai atau Ci dari bahasa sunda yang berarti air dan Kedung atau sumber air. Daerah ini kemudian ditinggalkan (sekarang berganti nama menjadi Blok Buyut Kesambi) setelah penduduknya pindah ke timur mencari sumber air baru setelah air di kedung ini habis dan sungainya semakin dangkal (sekarang menjadi sawah).
Daerah pemukiman baru disebelah timur itu kemudian berkembang menjadi desa dan tetap menggunakan nama Cikedung sebagai nama desanya. Ada satu peninggalan kedung di desa Cikedunglor yaitu sumur Ki Buyut Rasga Asem Gede, menurut beberapa tokoh masyarakat setempat kedung ini yang dimaksud oleh sejarah kepindahan dulu, tetapi menurut tokoh masyarakat lain bisa juga itu sumur buatan baru dalam konteks kekinian dengan argumentasi ketika jumlah penduduk Cikedung bertambah maka digalilah sumur-sumur baru dan karena seleksi alam akhirnya tersisa hanya sumur tadi yang kini keadaanya juga tinggal menunggu kehancuranya saja dan sudah tidak digunakan lagi.
Sumur Asem Gede |
Sumur Kramat Jati |
Makam Buyut Asem Gede |
Post a Comment